Kamis, 18 Oktober 2012


Mengemas Pendidikan Vokasi (Kejuruan) Kalbar Menembus Pasar Global Oleh: Dr. Y. Gatot Sutapa Y.Edit

Mengemas Pendidikan Vokasi (Kejuruan) Kalbar Menembus Pasar Global
Oleh: Dr. Y. Gatot Sutapa Y.
(Dimuat di Pontianak Post Tgl. 5 September 2012)
 Di Kalbar, pendidikan vokasi dewasa ini semakin menemukan titik handal untuk menyiasati pentingnya peningkatan pembangunan, pengolahan dan pengembangan sumber daya berbasis unggulan lokal di wilayah ekonomi Kalbar.  Dengan keterampilan vokasional di bidang yang relevan dan kekinian menjadikan SDM Kalbar mampu berpotensi sejahtera dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini sangat beralasan ketika kita membaca perubahan-perubahan besar dan sangat fundamental  berdimensi global  juga  dirasakan  dan dialami oleh masyarakat Kalbar. Letak Kalbar yang wilayahnya berbatasan langsung dengan dunia internasional semakin memberikan makna otentik perlunya keterlibatan dan optimasi tenaga ahli pendidikan vokasi dalam jasa profesionalitasnya untuk penyiapan, pengolahan, dan pengembangan sumber daya yang ada secara profesional dan kontekstual Kalbar.
BIAS KONSEPSI tentang  pentingnya pendidikan vokasi di Kalbar berperan serta secara maksimal  untuk penyiapan tenaga pengelola industri karet,  industri kelapa sawit, industri tambang  (emas, bauksit), dan industri pelayaran-perikanan  yang  tumbuh dengan pesat menjadi inspirasi dan  bermakna untuk ditindaklanjuti. Pengembangan kurikulum pendidikan vokasi  berbasis unggulan lokal seperti ini perlu dikelola, dikemas, dan dikembangkan dengan konsep holistik-komprehensif, cepat waktu, bersifat acting out, berorientasi kinerja, bersesuaian dengan kebutuhan dunia usaha/industri,  dan mengacu  pada kebutuhan masyarakat yangreal-need. Dengan demikian, kurikulum ini dapat menjadi sebuah medium solutif yang handal dan prospektif bagi masyarakat yang memerlukannya secara kontekstual dan profesional sejalan dengan perubahan yang menyertainya.
Penulis berpendapat bahwa secara praktis, kurikulum pendidikan vokasi yang dikembangkan secara kontekstual akan mampu menyiapkan peserta didik bekerja dalam bidang tertentu dengan standar kompetensi terukur. Karena itu, pengemasan kurikulum pendidikan vokasi yang didukung dengan profesionalitas tenaga kependidikan yang mengelolanya penting untuk dipusatkan pada orientasi penyiapan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mampu mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai tenaga kerja terampil tingkat menengah, dan mampu mengadaptasikan kompetensinya ke dalam program keahlian yang dipilihnya. Selain itu, kurikulum pendidikan vokasi juga penting diarahkan untuk membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati peserta didik disertai dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berinteraksi, agar mampu mengembangkan diri secara mandiri atau mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk membentuk SDM yang berperformansi adaptif.
Lebih dari itu, dengan kemasan kurikulum yang mengintegrasikan soft skills(perilaku, peran hati dan pengelolaan emosi) ke dalam aktivitas pembelajaran,  pendidikan vokasi yang diundangkan dalam SISDIKNAS dan dikembangkan-lokalkan secara kontekstual akan mampu  menyediakan tenaga kerja bermutu di dunia usaha/industri dan bertanggung jawab dalam peningkatan keahlian dan up-date keterampilan peserta didik sehingga menjadi tenaga kerja yang handal dan kompeten. Kehandalan dan tingkat kompetensi ini terukur dengan kesiapan lulusannya memasuki pasar tenaga kerja lingkup regional dan global karena pendidikan vokasi sangat menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven), kebersambungan (link) antara pengguna lulusan pendidikan dengan penyelenggara pendidikan, dan kesesuaian (match) antara employee dengan employer yang menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan pendidikan vokasi itu sendiri.
Pada entitas implementasinya, perubahan-perubahan besar  yang terjadi dan trendy dewasa ini tidak hanya semakin mengintimidasi, membentuk, mengagenda,  dan mengemas perilaku kehidupan masyarakat di sekitar kita  ke arah yang lebih bebas terbuka tetapi juga men-setting perilaku pendidikan vokasi ke arah  yang  lebih taktis, praktis, dan ekonomis. Terlebih lagi ketika  peradaban sosialitas strategis yang mengerucut pada operasional  forum-forum free-tight competitionseperti WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade Area), China-AFTA, AFLA (Asean Free Labour Area), APEC (Asia Pacific Economy Countries)  dan yang sejenis lainnya,  menunjukkan  bahwa  sebuah masyarakat ekonomi  semakin dituntut ekstra produktif, cepat waktu, efisien, dan kompeten  membekali diri agar tetap mampu menciptakan, mengelola,  mengolah, dan mendayagunakan  lingkungan hidupnya  bagi kesejahteraan warga masyarakatnya, pendidikan vokasi semakin terasa diperlukan kehadirannya untuk berkontribusi secara aktif. Untuk itu, kesiapan dan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) bermutu yang salah satunya secara empiris nyata bisa dikembangkan melalui pendidikan vokasi menjadi bagian yang conditio sine qua non untuk mencapai kondisi siap yang lebihadaptable dan relevant.
Pendidikan Vokasi yang Berbasis Unggulan Lokal Ke-Kalbar-an
Dalam konteks Kalbar, kurikulum pendidikan vokasi bisa dikemas ke dalam beberapa titik sasar, yang erat terkait dengan produk unggulan kalbar yakni industri jasa sebagai konsekwensi wilayah lintas internasional, industri perkebunan (utamanya karet dan kelapa sawit) sebagai industri yang semakin berkembang, industri pelayaran-perikanan yang terus bertumbuh, industri kayu lapis yang sekalipun sudah mulai berkurang tetap saja memerlukan tenaga terampil untuk kelanjutannya,  industri kerajinan yang terkait dengan kultur lokalitas, industri pariwisata yang prospektif (festival Meriam, festival Naik Dango, festival Barongsai, festival Khatulistiwa, dlsb), industri tambang (utamanya emas dan bauksit), industri informasi dan penyiaran. Industri-industri ini menghendaki  tersedianya tenaga-tenaga terampil kelas menengah yang secara cepat bisa dipekerjakan dengan  kemampuan dan kompetensi yang memadai.
Sejalan dengan peta kekayaan sumber alam dan kekinian habitus sosial Kalbar  tersebut, usaha-usaha pengelolaan dan pengolahan secara intensif perlu dikembangkan dengan basis sumber daya yang bermutu: kompeten, terampil dan berpengetahuan.  Terkait dengan upaya penyiapan SDM Kalbar bermutu ini, pendidikan vokasi yang merupakan salah satu alternatif pendidikan formal yang memiliki fungsi guna yang sangat strategis karena sifatnya yang acting out, singkat waktu, dan applikatif bisa dioptimalkan perannya. Dalam praksis yang lebih  implementatif, pendidikan vokasi Kalbar ini nalar logisnya mampu membangun dan mengembangkan “kultur kerja” yang tidak lain adalah miniatur dunia usaha yang dekat dengan lingkungan aslinya.  Aktivitas pembelajaran 40% teori dan 60 % praktek memungkinkan peserta didik untuk mengalami “on going learning” yang sesuai dengan peta perilaku dan kultur dunia usaha yang cenderung produktif secara sosial dan ekonomis sesuai dengan konteks lingkungan yang dihadapi dan dialami. Dengan demikian, sebagai sekolah formal yang penyelenggaraannya difokuskan pada penyiapan tenaga kerja tingkat menengah, pendidikan vokasi memiliki dimensi pelayanan kependidikan yang berkultur “learning by doing”.Perilaku ini diperkuat dengan konsepsi operasional yang mengedepankan pembentukan kebiasaan-kebiasaan kerja yang merupakan miniatur pembudayaan (encultural), yakni suatu proses untuk mencelupkan peserta didik mampu hidup dalam suatu budaya kerja tertentu yang sesuai dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.  Ilustrasi gambar di bawah ini mencoba untuk merangkum alur produktif pendidikan vokasi yang kontekstual (Gatot Sutapa, 2012):




















Alhasil, sehubungan dengan terjadinya lompatan paradigma entitas dunia global terhadap fungsi kelembagaan dan sumber daya pendidikan vokasi yang ditandai oleh adanya pergeseran prospektif pandangan dan perilaku DUDI, kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja yang akan dimasuki dengan fasilitas kompetensi bahasa Inggris yang memadai sebagai sarana berkomunikasi menjadikan lulusan pendidikan vokasi Kalbar juga memiliki nilai jual komprehensif dan tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk memasuki dunia usaha dan industri. Bahasa Inggris sebagai salah satu kompetensi adaptif cenderung menjadi sebuah keharusan added value  bagi peserta didik di zaman informasi tanpa batas. Kompetensi bahasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan terkait dengan fungsinya sebagai bahasa komunikasi bisnis lintas sektor yang mengglobal. Selamat berkontribusi dalam Pendidikan Vokasi!
Penulis: Doktor Vocational Education, Dosen FKIP UNTAN

Mengemas Pendidikan Vokasi (Kejuruan) Kalbar Menembus Pasar Global Oleh: Dr. Y. Gatot Sutapa Y.Edit

Mengemas Pendidikan Vokasi (Kejuruan) Kalbar Menembus Pasar Global
Oleh: Dr. Y. Gatot Sutapa Y.
(Dimuat di Pontianak Post Tgl. 5 September 2012)
 Di Kalbar, pendidikan vokasi dewasa ini semakin menemukan titik handal untuk menyiasati pentingnya peningkatan pembangunan, pengolahan dan pengembangan sumber daya berbasis unggulan lokal di wilayah ekonomi Kalbar.  Dengan keterampilan vokasional di bidang yang relevan dan kekinian menjadikan SDM Kalbar mampu berpotensi sejahtera dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini sangat beralasan ketika kita membaca perubahan-perubahan besar dan sangat fundamental  berdimensi global  juga  dirasakan  dan dialami oleh masyarakat Kalbar. Letak Kalbar yang wilayahnya berbatasan langsung dengan dunia internasional semakin memberikan makna otentik perlunya keterlibatan dan optimasi tenaga ahli pendidikan vokasi dalam jasa profesionalitasnya untuk penyiapan, pengolahan, dan pengembangan sumber daya yang ada secara profesional dan kontekstual Kalbar.
BIAS KONSEPSI tentang  pentingnya pendidikan vokasi di Kalbar berperan serta secara maksimal  untuk penyiapan tenaga pengelola industri karet,  industri kelapa sawit, industri tambang  (emas, bauksit), dan industri pelayaran-perikanan  yang  tumbuh dengan pesat menjadi inspirasi dan  bermakna untuk ditindaklanjuti. Pengembangan kurikulum pendidikan vokasi  berbasis unggulan lokal seperti ini perlu dikelola, dikemas, dan dikembangkan dengan konsep holistik-komprehensif, cepat waktu, bersifat acting out, berorientasi kinerja, bersesuaian dengan kebutuhan dunia usaha/industri,  dan mengacu  pada kebutuhan masyarakat yangreal-need. Dengan demikian, kurikulum ini dapat menjadi sebuah medium solutif yang handal dan prospektif bagi masyarakat yang memerlukannya secara kontekstual dan profesional sejalan dengan perubahan yang menyertainya.
Penulis berpendapat bahwa secara praktis, kurikulum pendidikan vokasi yang dikembangkan secara kontekstual akan mampu menyiapkan peserta didik bekerja dalam bidang tertentu dengan standar kompetensi terukur. Karena itu, pengemasan kurikulum pendidikan vokasi yang didukung dengan profesionalitas tenaga kependidikan yang mengelolanya penting untuk dipusatkan pada orientasi penyiapan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mampu mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai tenaga kerja terampil tingkat menengah, dan mampu mengadaptasikan kompetensinya ke dalam program keahlian yang dipilihnya. Selain itu, kurikulum pendidikan vokasi juga penting diarahkan untuk membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati peserta didik disertai dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berinteraksi, agar mampu mengembangkan diri secara mandiri atau mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk membentuk SDM yang berperformansi adaptif.
Lebih dari itu, dengan kemasan kurikulum yang mengintegrasikan soft skills(perilaku, peran hati dan pengelolaan emosi) ke dalam aktivitas pembelajaran,  pendidikan vokasi yang diundangkan dalam SISDIKNAS dan dikembangkan-lokalkan secara kontekstual akan mampu  menyediakan tenaga kerja bermutu di dunia usaha/industri dan bertanggung jawab dalam peningkatan keahlian dan up-date keterampilan peserta didik sehingga menjadi tenaga kerja yang handal dan kompeten. Kehandalan dan tingkat kompetensi ini terukur dengan kesiapan lulusannya memasuki pasar tenaga kerja lingkup regional dan global karena pendidikan vokasi sangat menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven), kebersambungan (link) antara pengguna lulusan pendidikan dengan penyelenggara pendidikan, dan kesesuaian (match) antara employee dengan employer yang menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan pendidikan vokasi itu sendiri.
Pada entitas implementasinya, perubahan-perubahan besar  yang terjadi dan trendy dewasa ini tidak hanya semakin mengintimidasi, membentuk, mengagenda,  dan mengemas perilaku kehidupan masyarakat di sekitar kita  ke arah yang lebih bebas terbuka tetapi juga men-setting perilaku pendidikan vokasi ke arah  yang  lebih taktis, praktis, dan ekonomis. Terlebih lagi ketika  peradaban sosialitas strategis yang mengerucut pada operasional  forum-forum free-tight competitionseperti WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade Area), China-AFTA, AFLA (Asean Free Labour Area), APEC (Asia Pacific Economy Countries)  dan yang sejenis lainnya,  menunjukkan  bahwa  sebuah masyarakat ekonomi  semakin dituntut ekstra produktif, cepat waktu, efisien, dan kompeten  membekali diri agar tetap mampu menciptakan, mengelola,  mengolah, dan mendayagunakan  lingkungan hidupnya  bagi kesejahteraan warga masyarakatnya, pendidikan vokasi semakin terasa diperlukan kehadirannya untuk berkontribusi secara aktif. Untuk itu, kesiapan dan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) bermutu yang salah satunya secara empiris nyata bisa dikembangkan melalui pendidikan vokasi menjadi bagian yang conditio sine qua non untuk mencapai kondisi siap yang lebihadaptable dan relevant.
Pendidikan Vokasi yang Berbasis Unggulan Lokal Ke-Kalbar-an
Dalam konteks Kalbar, kurikulum pendidikan vokasi bisa dikemas ke dalam beberapa titik sasar, yang erat terkait dengan produk unggulan kalbar yakni industri jasa sebagai konsekwensi wilayah lintas internasional, industri perkebunan (utamanya karet dan kelapa sawit) sebagai industri yang semakin berkembang, industri pelayaran-perikanan yang terus bertumbuh, industri kayu lapis yang sekalipun sudah mulai berkurang tetap saja memerlukan tenaga terampil untuk kelanjutannya,  industri kerajinan yang terkait dengan kultur lokalitas, industri pariwisata yang prospektif (festival Meriam, festival Naik Dango, festival Barongsai, festival Khatulistiwa, dlsb), industri tambang (utamanya emas dan bauksit), industri informasi dan penyiaran. Industri-industri ini menghendaki  tersedianya tenaga-tenaga terampil kelas menengah yang secara cepat bisa dipekerjakan dengan  kemampuan dan kompetensi yang memadai.
Sejalan dengan peta kekayaan sumber alam dan kekinian habitus sosial Kalbar  tersebut, usaha-usaha pengelolaan dan pengolahan secara intensif perlu dikembangkan dengan basis sumber daya yang bermutu: kompeten, terampil dan berpengetahuan.  Terkait dengan upaya penyiapan SDM Kalbar bermutu ini, pendidikan vokasi yang merupakan salah satu alternatif pendidikan formal yang memiliki fungsi guna yang sangat strategis karena sifatnya yang acting out, singkat waktu, dan applikatif bisa dioptimalkan perannya. Dalam praksis yang lebih  implementatif, pendidikan vokasi Kalbar ini nalar logisnya mampu membangun dan mengembangkan “kultur kerja” yang tidak lain adalah miniatur dunia usaha yang dekat dengan lingkungan aslinya.  Aktivitas pembelajaran 40% teori dan 60 % praktek memungkinkan peserta didik untuk mengalami “on going learning” yang sesuai dengan peta perilaku dan kultur dunia usaha yang cenderung produktif secara sosial dan ekonomis sesuai dengan konteks lingkungan yang dihadapi dan dialami. Dengan demikian, sebagai sekolah formal yang penyelenggaraannya difokuskan pada penyiapan tenaga kerja tingkat menengah, pendidikan vokasi memiliki dimensi pelayanan kependidikan yang berkultur “learning by doing”.Perilaku ini diperkuat dengan konsepsi operasional yang mengedepankan pembentukan kebiasaan-kebiasaan kerja yang merupakan miniatur pembudayaan (encultural), yakni suatu proses untuk mencelupkan peserta didik mampu hidup dalam suatu budaya kerja tertentu yang sesuai dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.  Ilustrasi gambar di bawah ini mencoba untuk merangkum alur produktif pendidikan vokasi yang kontekstual (Gatot Sutapa, 2012):




















Alhasil, sehubungan dengan terjadinya lompatan paradigma entitas dunia global terhadap fungsi kelembagaan dan sumber daya pendidikan vokasi yang ditandai oleh adanya pergeseran prospektif pandangan dan perilaku DUDI, kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja yang akan dimasuki dengan fasilitas kompetensi bahasa Inggris yang memadai sebagai sarana berkomunikasi menjadikan lulusan pendidikan vokasi Kalbar juga memiliki nilai jual komprehensif dan tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk memasuki dunia usaha dan industri. Bahasa Inggris sebagai salah satu kompetensi adaptif cenderung menjadi sebuah keharusan added value  bagi peserta didik di zaman informasi tanpa batas. Kompetensi bahasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan terkait dengan fungsinya sebagai bahasa komunikasi bisnis lintas sektor yang mengglobal. Selamat berkontribusi dalam Pendidikan Vokasi!
Penulis: Doktor Vocational Education, Dosen FKIP UNTAN